Selasa, 13 Oktober 2015

Perang Mangkubumen Part II

Perang Mangkubumen
Terpecahnya Kerajaan Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta
Pada malam harinya barulah jenazah Raden Tumenggung Dipoyudo I diangkat dan dibawa ke Banyumas, kemudian dimakamkan di Pesarean Dawuhan. Sejak ilu Raden Tumenggung Dipoyudo I dikenal den-gan sebutan Tumenggung Seda Jenar atau Dipoyudo Sedo Jenax. Waktu Raden Tumenggung Dipoyudo I gugur dalam Perang Jenar (Perang Mangkubumen), baru berumur 29 Lahun. Ketiga puteranya masih- keeil-keeil, jadi tidak ada yang dapat menggantikannya. Kemudian sebagai penggantinya diangkat pulera dari Kyai Raden Adipali Yudonegoro III Bupati Banyumas, sebagai Ngabehi Karanglewas dan bergelar DipoyudoII. Ia adalah menamu Radon Tumenggung Wongsonegoro I, Bupali PanjerKebumen. Kemudian Raden Bagus Muksin atau Raden Dipomenggolo,putera ke 3 (tiga) Raden Tumenggung Dipoyudo I menjadi Ngabehi SokaKebumen. Raden Bagus Muksin atau Raden Dipomenggolo, putera ke 3(tiga) dari Raden Tumenggung Dipoyudo I menjadi Ngabehi Soka menurunkan Raden Dipoyudo Bupati Banjarnegara (rah Kolopaking.Selanjutnya setelah selesai peperangan di Jenar, maka Raden Ngabehi Notowijoyo atau Radon Ngabehi Kenduruan I yang dalam Perang jenarluka beral namun dapal meloloskan diri, diangkal menjadi Bupati Roma(Gombong), dengan gelar Kyai Raden,Tumenggung Kenduruan I.Sedangkan Kyai Demang Arsantaka dari Pagendolan Banjarnegara,diangkat menjadi umbul Demang (Kepala Demang). Selanjumya karena alasan jasa Kyai Arsantaka dalam menemukan jenazah almarhum R.T.Dipoyudo I, maka puteranya yang beranama Kyai Arsayuda telah diambil menantu Kyai Radon Adipati_Yudoneg0ro III dan diangkat menjadi patihnya Radon Tumenggung Dipoyudo II, Ngabehi Karanglewas.
3. Kyai Raden Adipati Yudonegoro III
Melihat Perang Mangkubumen yang tampak mendasyat diJenar Begelen, ternyata pada pembesar VOE menjadi cemas.Maka pimpinan VOE dalam hal ini Harligh mengadakan diplomasi membujuk Pangeran Mangkubumi agar bersedia diajak berunding umuk berdamai. Berkat diplomasinya Hartigh, maka pada tahun 1755, diadakan Perjanjian Gianti. Tepatnya pada tanggal 13 Pebruari 1755, antara Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Paku Buwono III dan Harligh. Para peserta perundingan sepakat, Pangeran Mangkubumi dan Susuhunan Paku Buwono III masing-masing mendapat separoh wilayah Mataram. Pangeran Mangkubumi di sebelah barat dengan ibu kotanya Yogyakarta dan
Susuhunan Paku Buwono III di sebelah timur dengan ibu kotanya Surakarta.Tetapi bagi Pangeran Mangkubumi "Palihan Nagari" itu tidak dengan sendirinya diterima gratis. Karena harligh juga menyodorkan kontrak polilik. Yang terpenting : pengangkatan dan pemberhenlian Patih Dalem dan Bupati harus seizin dan bersumpah setia kepada Kompeni. Juga Pangeran Mangkubumi harus menyerahkan Madura dan Pesisir (daerahpantai) utara Jawa yang semula diserahkan Susuhunan Paku Buwono III kepada Kompeni, yang kemudian berhasil direbut 0leh' Pangeran Mangkubumi, dan sebagai ganti rugi setiap tahun VOE membayar 10.000real Spanyol kepada Pangeran Mangkubumi. Akhimya Pangeran Adipati Mangkubumi dinobatkan menjadi Sultan Mataram dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahan berkedudukan diYogyakarla.Adapun yang diangkat menjadi patihnya, dipilih _Kyai Raden AdipatiYudonegoro III Bupati Banyumas, dengan gelar» kanjeng Kyai Raden Adipati Haryo Danurejo I, Patih Kasullanan Yogyakarta yang Pertama.
- Latarbelakang “Perang Mangkubumen” dan dipilihnya K yai Raden Adipati Yudonegoro III menjadi Patih Kasultanan Yogyakarta.Raden Bagus KonLing Mertowijoyo, putera Kyai Raden Adipati Yudonegoro Sedo Pendopo, sejak masa kecilnya telah mengabdikan diridi keralon Kariosuro, dan ielah menjadi leman akrab Raden mas Sudjono atau Pangeran Mangkubumi, saudara lain ibu dari Susuhunan paku Buwono II, sesama putera Susuhunan Prabu Amangkurai IV. Mereka berdua hampir tak pernah berpisah dan seringkali bersama-sama benir akal dan bersemedi di lereng-Iereng gunung Kendeng. Pada masa pemerinlahanSusuhunan paku Buwono II antara tahun 1729-1749, di Mataram inilah terjadi beberapa hura-hura secara berlarut-lurut antara lain Pemberontakan kaum Tionghoa (Perang Geger Paeinan), di seluruh Jawa yang menjalar sampai ke Mataram, juga Perang Perebutan Mahkola dan Pember0n-takan-Pemberonlakan beberapa Pangeran, di antaranya Raden Mas Said,pulera Mangkunegoro yang diasingkan ke Sailan pada lahun 1722. Dengan berkobarnya dan lebih mendahsyamya pemberomakan Radon Mas Said,maka pada akhir tahun 1745, Susuhunan Paku Buwono mengumumkanbahwa barang siapa dapal memadamkan pemberomakan yang dilakukanoleh Raden Mas Said, akan diberi hadiah tanah daerah Sukowali (sebelah Limur laut Surakarta). Di antara para Pangeran dan Bupati,
Lainyala hanya Pangeran Mangkubumilah yang dapat melaksanakan dengan berhasil,walaupun Raden Mas Said dan pembaniu-pembantunya masih dapatmeloloskan diri untuk melanjutkan pemberonLakan-pemberomakannya didaerah lain. nAkan tetapi pada akhirnya karena alas pengaruh hasulan-hasutanPatihnya yaitu Pangeran Adipali Pringgoloyo, Susuhunan Paku BuwonoII tidak menepati janjinya. Hadiah tanahdaerah Suk0waLi yang telahdiberikan kepada Pangeran Aryo Mangkubumi, ditarik kemball dan nanyadilinggalkan 1.000 cacah. Hal inilah yang menyebabkan PangeranMangkubumi sakil hati dan akhirnya seeara diam-diam bersama RadenBagus Konting Merlowijoyo (yang dikemudian hari menjadi Kyai RadenAdipati Yud0neg0r0_III) dan sepasukan perajurit-perajurit yang setia, padaLanggal 19 Mei 1976, lolos meninggalkan Keralon dan kemudian-mengangkat senjata. Mulai saat itulah terjadilah perang yang disebut"Perang Mangkubumen". Kemudian pasukan pangeran mangkubumibergabung menjadi satu dengan pasukan Raden Mas Said. Selama sem-bilan lahun mereka berjuang bersama-sama, Dalam pada itu Raden masSaid diambil menanlu 0leh'Pangeran Mangkubumi.Tersebutlah dalam suaxu pengepungan dan serangan mendadak olehpasukan Kompeni di daerah Gunung Lawu, Pangeran Mangkubumi danpasukannya terpaksa dalam keadaan eerai-berai. Dalam keadaan gelapdan hujan, Pangeran Mangkubumi dapat meloloskan diri dari kepunganmusuh dan dengan selamat dapal sampai di daerah Ngawi, terus menujuke arah J ipang (Rembang). Sedangkan Raden Bagus Konting Mertowijoyotelah terpisah seorang diri. Dalam keadaan yang eerai berai itu, dan telahtexpisah dengan Pangeran mangkubumi, maka timbul niat Raden BagusKonting untuk segera meneari bala bantuan, dan tuj uannya adalah Banyumas.
Di tengah perjalanan menuju ke Banyumas, yaitu kepada ayahnya Kyai Raden AdipaLi Yudonegoro II, Bupati Banyumas, Raden BagusKoming berjumpa dengan Kyai Ronggo Wirosentiko dan juga dengan Raden Aryo Kartowinoto bersama dengan 80 orang pasukannya berkudaakan membamu Pangeran Mangkubumi yang sedang menuju keJipang-Rembang. Kepada kedua mereka ini Raden Bagus Konling herpe-san untuk disampaikan kepada Pangeran Mangkubumi bahwa ia sedangmenuju ke Banyumas unluk minla bala bamuan dari ayahandanya BupatiBanyumas.Tidak dieeritakan dalam perjalana, sesampai di Banyumaskeadaan telah berubah. Kyai Raden Adipali Yudonegoro II telah lamawafat, sedangkan Raden Bagus Koming sama sekali lidak mengetahuiataupun mendengar suatu berila. Yang menggamikan adalah ipamva RadenTumenggung Reksoprojo berasal dari Kartosuro. Dalam kesedihandan kemurungan hati, Raden Bagus Konting lalu menuju ke Banja.rne-gara, ke lempat Kyai Raden Ngabehi Banyak Wide untuk mendapatkelerangan mengenai apa yang telah terjadi.Setelah dieeritakan oleh Kyai Ngabehi Banyak Wide apa yang terjadiselama itu, Raden Bagus Koming lalu melanjutkan perjalanan, berkélanatanpa Lujuan, hingga sampai daerah Eilaeap, kemudian sampai pegunungan Limus Buntu, menyusuri sungai Serayu hingga sampai ke pegunungan Dieng. Selelah istirahat beberapa waktu, dari Dieng Raden BagusKoming rnelanjutkan perjalanan dengan maksud akan menyusul danmenyazukan diri kernbali dengan Pangeran Mangkubumi.Setelah Raden Tumenggung Reksoprojo Bupali M Banyumasdiberhemikan, maka ams usul tiga orang Pangeran kepada SusuhunanPaku Buwono II, yaitu Raden Tumenggung Notoyudo dari Kedu-Bage-len, Raden Tumenggung Arungbinang Honggowongso dan Raden Tu-menggung Rojowami dari Pajajaran, agar yang mengganlikan sebagaiBupati Banyumas, sebaiknya juga salah seorang akhli waris Banyumassendiri. Dan yang idusulkan adalah Raden Bagus Konting Mertowijoyo
putera Kyai Raden Adipati Yudonegoro II Sedo Pendopi, yang ketika itutelah menjadi Mamri Anom di Kraton Kartosuro. Susuhunan menyetujui,akan tetapi berhubung Raden Bagus Konting Merlowijoyo sudahlama meninggalkan Kralon bersama-sama dengan Pangeran Mangkubumi,jadi lidak dikaahui sekarang ada di mana, terkeeuali jika keliga Tu-menggung ilu sanggup meneari dan menemukannya.Ketiga Tumenggung menyanggupi karena mereka mengetahui bahwasebenarnya Raden Bagus Koming Mertowijoyo telah terpisahdengan Pangeran Mangkubumi, ketika terjadi pertempuran dengan pasukanKompeni di Gunung Lawu, dan sedang menuju ke Banyumas. Dalamperjalanan selanjumya dengan maksud untuk menggabung kembali denganpasukan Pangeran Mangkubumi,Radon Bagus Konling bertemu dengan Kyai Raden TumenggungArungbinang Hbnggowongso yang memang sedang menearinya. Iadiminla dan dibawa menghadap Susuhunan Paku Buwono II. Pada mu-lanya Raden Bagus Konling menolak ajakan Raden Tumenggung Arung-binang Honggowongso, akan telapi setelah melalui berbagai penjelasan-penjelasan dan bujukan, akhirnya Raden Tumenggung ArungbinangHonggowongso berhasil dapat menyadarkannya.Kemudian-Raden Bagus Konling Menowijoyo bersedia dan mau diajakmenghadap Susuhunan Paku Buwono II. Dan akhirnya ia diangkat se-bagai Bupati Banyumas ke IX dengan gelar Kyai Raden Adipati Yud0ne-goro III.Di kemudian hari setelah Perang Mangkubumen usai pada tahun 1755dan adanya Perjanjian Gianni, Pangeran Mangkubumi dinobatkan menjadiSultan Mataram dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I, maka yangdipilih menjadi Palihnya adalah Raden Bagus Konting Merlowijoyo (yangsudah bergelar Kyai Radon Adipati Yudonegoro III Bupati Banyumas)dengan gelar Kanjeng Kyai Raden Adipali Aryo Danurejo I, Patih Kasul-tanan Yogyakarta Pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar