Onje merosot jatuh
Kejayaan Kadipaten Onje temyata ada batasnya. Apalagi usia sang Adipati
semakin lanjut, pelupa, pemarah serta sering melamun, disamping putera-puteranya
yang lidak dapal menggamikannya. Pada suatu hari, saat sang Adipali sedang
tidur nyenyak, liba-tiba terbangun dikejutkan oleh suara jeritan wanita. Karena
terkejut segera ia meloncat menuju ke gandok belakang. Dan apa yang dilihatnya
Kedua orang isterinya (Puteri Keling dengan Dewi Medang) sedang berkelahi
dengan sengitnya. Melihat peristiwa ilu,
hilanglah kesabaran Sang Adipati. Diambilnya scbuah pedang dan dengan pedang lerhunus
itu kedua islerinya ditebaslah le hernya silih bcrganti, sehingga mereka mati
terkapar di lanlai. Berita pembantaian ini kcmudian terdengar juga oleh Adipati
Cipaku (mertuanya). Karena kemarahannya Adipati Cipaku mengeluarkan pepali
(pesan turun-tcmurun) : “Biar sampai kiamat, orang Cipaku dilarang kawin dengan
orang Onje”. Pepali itu rupanya masih menjadi kepercayaan disementara
masyarakat kedua desa tersebut, dan untuk menangkalnya, dalamupacara peikawinan
penganten pria harus membawa Banzeng (lembu jan-tan) umuk disérahkan kepada
calon penganten wanita. Akibal’-kematian kedua isterinya ilu, Adipati Onje lama
hidup menduda NamUn akhimya menikah lagi dengan seorang puleri dari desa Arenan Dari pérkawinan ini Adipali Onje
menurunkan :
(1) Kyai Yudantaka
(2) Kyai Arsantaka
Kyai Yudantaka mempunyai kegemaran berlani, ketika wafat dimakamkan
di Kedungwringin Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Sedangkan Kyai
Arsantaka karena tidak cocok dcngan saudara-saudaranya (putera-puteri Adipati
Onje dari isteri terdahulu), terpaksa mcninggalkan Onje dan berkelana ke timur.
Di desa Masaran (Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara) lalu diambil anak
angkal oleh Kyai Rindik yang scmula bcmama Kyai Wanakusuma.Mcnurul sumbcr Iain
mcngatakan, Kyai Arsamaka yang sewaklu masihmudanya bcrnama Kvyai Arsakusuma
adalah putcra (bukan anak angkat)dari Kyai Wanakusuma kcturunan Kyai Ageng
Giring, dan Kyai Wanakusuma ini yang bcralih nama Kyai Rindik.
Kyai Arsantaka, setelah puteranya yang ke 3 (tiga) ialah
Kyai Arsayuda menjadi
Tumcnggung di Karanglewas, dengan gelar RadenTumenggung Dipoyudo III, lalu
menyarankan kepada puleranya RadenTumenggung Dipoyudo III, ilu agar pusat
pcmerimahan dipindahkan dari Karanglewas ke desa Purbalingga.
2. Raden Tumenggung Dipoyudo III
Kyai Pranadipa dcngan isteri Raden Ayu Angger atau Raden Ayu
Sepuh menurunkan :
(1) Raden Mengunyudo, yang kcmudian menjadi Ngabehi
Karanglewas,dcngan gelar Raden Tumcnggung Dipoyudo I
(2) Nyai Merden, yang kemudian mcnjadi isleri.Kyai Arsantaka,
Demang Pagendolan-Banjarnegara
Raden Mangunyudo berkedudukan di Merden-Banjarnegara.
Menikah dengan puteri dari Raden Ngabchi Mertoyudo II, yang setclah menjadi Bupati
Banyumas bergelar Kyai Adipati Yudonegoro I atau Tumenggung Seda Mesjid.
3.. Radon Mangunyudo dengan isteri puteri dari Kyai Raden Adipati
Yudonegoro II, menurunkan :
(1) Raden Bagus Luwar alau Radon Kerloyudo
(2) Radcn Bagus Somad alau Raden Surodipo di desa Kuripan
(3) Raden Bagus Muksin atau Raden Dipomenggolo, menjadi
Ngabehi Soka Kebumen.
Nyai Merden yang dipcristri oleh Kyai Arsantaka, Dcmang
Pagandolan Banjarnegara, menurunkan putcra-putera seperti telah dijelaskan di halaman
muka. Raden Mangunyudo semula berkedudukan di Merden- Banjamegara, oleh
Susuhunan Paku Buwono II pada tanggal 26 Pebruari 1749 diangkat menjadi Ngabehi
Karanglewas, dengan gelar Raden Tumenggung Dipoyudo I dan berkedudukan di
Karanglewas. Selama Raden Tumenggung Dipoyudo I menjabat Ngabehi Karanglewas
mengalami Perang Mangkubumen”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar