Senin, 12 Oktober 2015

Sejarah Kadipaten Onje Part III

Onje merosot jatuh

Kejayaan Kadipaten Onje  temyata ada batasnya. Apalagi usia sang Adipati semakin lanjut, pelupa, pemarah serta sering melamun, disamping putera-puteranya yang lidak dapal menggamikannya. Pada suatu hari, saat sang Adipali sedang tidur nyenyak, liba-tiba terbangun dikejutkan oleh suara jeritan wanita. Karena terkejut segera ia meloncat menuju ke gandok belakang. Dan apa yang dilihatnya Kedua orang isterinya (Puteri Keling dengan Dewi Medang) sedang berkelahi dengan sengitnya. Melihat  peristiwa ilu, hilanglah kesabaran Sang Adipati. Diambilnya scbuah pedang dan dengan pedang lerhunus itu kedua islerinya ditebaslah le hernya silih bcrganti, sehingga mereka mati terkapar di lanlai. Berita pembantaian ini kcmudian terdengar juga oleh Adipati Cipaku (mertuanya). Karena kemarahannya Adipati Cipaku mengeluarkan pepali (pesan turun-tcmurun) : “Biar sampai kiamat, orang Cipaku dilarang kawin dengan orang Onje”. Pepali itu rupanya masih menjadi kepercayaan disementara masyarakat kedua desa tersebut, dan untuk menangkalnya, dalamupacara peikawinan penganten pria harus membawa Banzeng (lembu jan-tan) umuk disérahkan kepada calon penganten wanita. Akibal’-kematian kedua isterinya ilu, Adipati Onje lama hidup menduda NamUn akhimya menikah lagi dengan seorang puleri dari desa  Arenan Dari pérkawinan ini Adipali Onje menurunkan :
Kyai Yudantaka mempunyai kegemaran berlani, ketika wafat dimakamkan di Kedungwringin Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Sedangkan Kyai Arsantaka karena tidak cocok dcngan saudara-saudaranya (putera-puteri Adipati Onje dari isteri terdahulu), terpaksa mcninggalkan Onje dan berkelana ke timur. Di desa Masaran (Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara) lalu diambil anak angkal oleh Kyai Rindik yang scmula bcmama Kyai Wanakusuma.Mcnurul sumbcr Iain mcngatakan, Kyai Arsamaka yang sewaklu masihmudanya bcrnama Kvyai Arsakusuma adalah putcra (bukan anak angkat)dari Kyai Wanakusuma kcturunan Kyai Ageng Giring, dan Kyai Wanakusuma ini yang bcralih nama Kyai Rindik.
Kyai Arsantaka, setelah puteranya yang ke 3 (tiga) ialah
 Kyai Arsayuda menjadi Tumcnggung di Karanglewas, dengan gelar RadenTumenggung Dipoyudo III, lalu menyarankan kepada puleranya RadenTumenggung Dipoyudo III, ilu agar pusat pcmerimahan dipindahkan dari Karanglewas ke desa Purbalingga.
2. Raden Tumenggung Dipoyudo III
Kyai Pranadipa dcngan isteri Raden Ayu Angger atau Raden Ayu Sepuh menurunkan :
(1) Raden Mengunyudo, yang kcmudian menjadi Ngabehi Karanglewas,dcngan gelar Raden Tumcnggung Dipoyudo I
(2) Nyai Merden, yang kemudian mcnjadi isleri.Kyai Arsantaka, Demang Pagendolan-Banjarnegara
Raden Mangunyudo berkedudukan di Merden-Banjarnegara. Menikah dengan puteri dari Raden Ngabchi Mertoyudo II, yang setclah menjadi Bupati Banyumas bergelar Kyai Adipati Yudonegoro I atau Tumenggung Seda Mesjid.
3.. Radon Mangunyudo dengan isteri puteri dari Kyai Raden Adipati Yudonegoro II, menurunkan :
(1) Raden Bagus Luwar alau Radon Kerloyudo
(2) Radcn Bagus Somad alau Raden Surodipo di desa Kuripan
(3) Raden Bagus Muksin atau Raden Dipomenggolo, menjadi Ngabehi Soka Kebumen.

Nyai Merden yang dipcristri oleh Kyai Arsantaka, Dcmang Pagandolan Banjarnegara, menurunkan putcra-putera seperti telah dijelaskan di halaman muka. Raden Mangunyudo semula berkedudukan di Merden- Banjamegara, oleh Susuhunan Paku Buwono II pada tanggal 26 Pebruari 1749 diangkat menjadi Ngabehi Karanglewas, dengan gelar Raden Tumenggung Dipoyudo I dan berkedudukan di Karanglewas. Selama Raden Tumenggung Dipoyudo I menjabat Ngabehi Karanglewas mengalami Perang Mangkubumen”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar