Minggu, 11 Oktober 2015

Sejarah Kadipaten Onje Part I

SEJARAH KADIPATEN ONJE
a. Ki Tepus Rumput
Pada zaman kekuasaan Kerajaan Pajang, yang memerimah adalah Sultan Hadiwijoyo Kamidil Ngalam Pranatagama tahun 1546-1582, dan pada masa itu di Pengalasan Kulon (di lereng gunung Slamet sebelah tenggara) terdapat seorang laki-laki bemama Ki Tepus Rumput. Tak seorangpun yang mengetahui asal-usul orang tersebut. Tetapi menurut cerita sementara orang, bahwa ia adalah seorang yang ditempatkan di lereng gunung Slamet, oleh Syehkh Bakir, agar beranak-cucu untuk merubah hutan Pengalasan Kulon menjadi sebuah pedesaan/pedusunan, namun sebelum sempat mempunyai keturunan, isteri Ki Tepus Rumput meninggal dunia. Akibat kematian isterinya, bathin Ki Tepus Rumput sangatlah menderita, dan kehidupan sehari-harinya menjadi tidak tentram, karena selalu teringat isteri yang tercinta. Tubuhnya semakin hari semakin kurus kering, wajahnya pucat pasi. Matanya dan pipinya menjadi cekung. Rambut dan janggut yang tak terurus lagi menjadi lebat panjang. Kulit mukanya menjadi kisut, amat lesu dan tampak lebih tua dibanding dengan usia sebenarnya.
 Pada suatu malam ia sedang duduk di bawah sebuah pohon jati di téngah hutan. Kedua telapak tangannya ditutupkan erat erat pada wajahnya untuk menahan rasa sedih di dahinya. Sesaat melepaskan tangannya ia sangat Lerkejut, karena telihat di depannya ada sebuah bayangan yang menycrupai manusia berjanggut panjang mengenakan jubah putih. Lebih   terkejut lagi ketika bayangan itu bersuara, yang maksudnya agar Ki Tepus Rumput mencari cincin permata Soca Ludira yang terdapat di sekitar di bawah pohon jati itu. Bayangan yang mengaku dirinya bemama Kyai" Kantharaga itu, mengaku juga sebagai eyang (kakek) dari Ki Tepus Rumput sendiri. Pesannya bila cincin ilu Lelah diketemukan, agar segera diserahkan ' kepada Sultan Pajang. ' :
Ki Tepus Rumput menjadi bingung dan heran. Semula suara bayangan ‘tadi dianggap tidak masuk akal. Terdesak oleh perasaan bingung, ia berjalanmondar - mandir sambil mengumpulkan batu - batu yang berserakan di sekitar pohon jati . Tumpukan batu paling atas lalu digambari wajah bayangan tadi dengan mempergunakan kapur sirih. Tempat dimana batu itu dikumpulkan, sampai sekarang dikenal sebagai desa BataPutih. Setelah lama mencarinya, akhirnya’cincin itu berhasil di temukanjuga. Segera Ki Tepus Rumput meninggalkan tempat itu untuk pergi kePajang, guna menyerahkan cincin temuannya kepada Sultan Pajang, sesuai dengan pesan Ki Kantharaga.
b. Raden Adipati Ore-Ore
Selelah sampai di Pajang, Ki Tepus Rumput langsung menghadap Sultan Hadiwijoyo menyampaikan cincin hasil temuannya. SultanHadiwijoyo sangat terkejut campur haru, saat menerima kembali cincin Soca Ludira dari Ki Tepus Rumput. Memang sejak hilangnya cincin Soca Ludira itu, Baginda Sultan mengadakan sayembara. Bagi siapa saja yangmenemukan cincin Soca Ludira, bila ia seorang pria akan diberi selir yang tercantik. Sebaliknya bila si penemu wanita, ia akan diberi hadiah istimewa yaitu dijadikan isteri Sultan sendiri..Namun sejauh itu tak seorangpun di amara rakyat Pajang yang dapat menemukan kembali cincin tersebut. Temyata yang dapat berhasil menemukan adalah Ki Tepus Rumput, seorang laki-laki yang berasal dari Pengalasan Kulon yang jauh letaknya dari Pajang. Dengan demikian ia berhak menerima hadiah selir tercantik dari Sultan Pajang.Selain itu Ki Tepus Rumput di beri pula gelar Adipati dan diangkat menjadi pimpinan di wilayah Pengalasan Kulon di lereng gunung Slamet yangfermasuk kekuasaan Pajang. Ia lalu bergelar Raden _Adipati Ore Ore danberkedudukan di desa Onje.
 Pemberian hadiah selir tercantik inipun disertai janji, agar Raden Adipati 'Ore Ore (Ki Tepus Rumput) jangan dulu menggaulinya’, mengingat wanita itu sedang mengandung selama empat  bulan. Larangan “bergaul” sebagai suami-isteri ini Lidak berlaku lagi setelah kelak kemudian hari bayi dalam kandungan dilahirkan. Dengan penyerahan salah seorang selir tercantik sebagai hadiah, berarti menunjukkan kebesaran jiwa yang sungguh-sungguhdari seorang Sultan yang tidak dapat berubah atau dengan perkataan lain: “Sabda Pandita Ratu".Dalam perjalanan ke Pengalasan Kulon, Raden Adi Pali Ore Ore mendapat pengawalan Ketat dari perajurit-perajurit Pajang di bawah pimpinan seorang bernama Puspajaya. Selain senjata para perajurit itu juga membawa alal-alat pertanian serta bibit tanaman guna membuka lahan pertanian baru di Pengalasan Kulon. Di tengah hutan mereka mendapat gangguan dari seorang bekas pengikut  Haryo Penangsang, yang menamakan dirinya Jala Sutra atau Putra Jala. Setelah gagal membujuk Puspajaya agar menyerahkan puteri yang dibawanya, Jala Sutra kemudian berusaha merampasnya dengan kekerasan. Namun berkat kejujuran,keberanian dari ketangkasan Puspajaya, akhirnyar penghadang itu berhasil dapat disingkirkan.Begitulah setelah mengalami gangguan dan kesulitan, sampailah perjalanan mereka di Pengalasan Kulon dengan selamat. Mereka lalu membuka pemukiman baru untuk tempat tinggal, serta menanam bibit buah-buahan yang dibawanya dari Pajang. Akhimya Pengalasan Kulon berubah  menjadi pemukiman baru, menjadi desa baru dengan nama desa Surti.
Konon nama itu berasal dari perkataan Surputeri yang artinya “lungsuranputeri” Mula-mula desa Surti itu berpenduduk sedikit, hanya terdiri dari beberapa orang saja. Belakangan banyak penduduk desa lain yang berdatangn ke sana. Mereka hidup bertani dan selanjutnya menetap di desa yang‘ baru dibuka itu. Dengan demikian keadaan desa Surti itu bertambah ramai serta maju dalam bidang pembangunan di segala bidang kehidupan,berkat kegiatan rakyatnya dengan bantuan perajurit prajurit Pajang.
c. Raden Hanyokro Kusumo Adipati Onje
Beberapa bulan kemudian setelah bermukim di desa Surti Nyai Ore Ore (bekas selir Sultan Hadiwijoyo, yang telah menjadi iste'ri Adipati Ore Ore), melahirkan seorang bayi pria. Bayi mungil itu lalu dibawa ke Pajang untuk diperlihatkan kepada Sultan Hadiwijoyo, dan oleh Sultan'Hadiwijoyo diberi nama Raden Hanyokro Kusumo, atau nama panggilan Jimbun Lingga. Karena belum cukup usia, maka jabatan Adipati sementara masih dipegang oleh Raden Ore Ore. Sedangkan rumah Kadipaten didirikan di sebelah barat sungai Klawing yang kemudian diberi nama Onje (sekarang 'termasuk Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga).Beberapa tahun setelah Raden Hanyokro Kusumo cukup dewasa dan dipandang mampu memegang tampu kepimpinan Kadipaten, Raden Hanyokro Kusumo menerima pelimpahan jabatan Adipati dari Raden Adipat ore Ore. Ia kemudian bergelar Raden Adipati hanyakrapati, sebagai seorang pimpinan Kadipaten yang berkedudukan di desa Onje.Raden Adipati Hanyakrapati menikah dengan puleri Keling dari JawaBarat. Selain itu juga menikah dengan puteri Adipati Cipaku bemama Rara Pakuwati. Kedua orang isteri itu tinggal bersama serumah di rumah Kadipaten Onje. Kehidupan sehari-hari kedua isteri kelihatanrukun. Namun sebenarnya dalam bathin mereka masing-masing tersimpan rasa cemburu dan rasa perselisihan.
Dari pemikahannya dengan puteri Keling  tidak menurunkan seorang putrapun. Sedangkan dengan Rara Pakuwati yang dikenal dengan nama Puleri Medang, Adipati Onje menurunkan dua orang putera dan seorang puteri, yakni :
(1) Raden Mangunjaya alias Mangunnegara
(2).Raden Citrakusuma . 1
(3) Rara Banowati
Oleh masyarakat setempat nama-nama tersebut : Mengunnegara, Citra-kusuma dan Banowati telah diabadikan menjadi nama-nama desa yang sekarang termasuk Kecamatan Mrebet. Rara Banowati menikah dengan seorang Arab bemama Sayid Abdullah, yang diserahi jabatan Penghulu merangkap Imam Mesjid desa Onje.
D,  Perkembangan Agama lslam
Saat pemerintahan Kadipaten Onje mencapai puncak kejayaannya,banyaklah kaum pedagang yang berkunjung kesana, untuk mencari nafkah sambil menyiarkan agama Islam. Mereka bergerak ke pelosok-pelosok yang jauh dari keramaian dan tinggal berbulan-bulan, bahkan ada yang terus menatap serla menikah dengan penduduk setempat. Selama bergaul dengan penduduk itulah mereka mempunyai peluang umuk menyiarkan agama Islam.Di antara para pendatang itu terdapat seorang putera Pajajaran bernama Raden Liman Sujana, yang oleh masyarakat setempat lazim disebut Raden Imam Sujana. Ia sebenarnya mempunyai hak untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja Pajajaran. Tetapi kedudukan itu ditolaknya setelah diketahui bahwa Pajajaran sedang mengalami keruntuhanakibat pengaruh Islam. Karenanya lalu ia meninggalkan Pajajaran pergike Banten berlapa di bawah pohon jambu di lereng gunung Karang, Dari tempat pertapaan inilah Raden Imam Sujana melihat adanya "nur" yang memancarkan sinarnya jauh di ujung timur. Segera ia beranjak dari pertapaannya, menuju ke timur dengan menyusuri pulau Jawa sebelah utara.
Setiba di daerah Tegal, ia membelok ke selatan di mana "nur" itu tampak dekat sekali.Di tengah hutan di gunung Munggul, bukannya ia menemukan “nur” yang semula tampak dekat sekali,
tetapi malah bertemuan dengan seorang bemama Ki Kelun sedang memanjat pohon enau sambil menggendong anaknya yang masih kecil, bemama Rubiah Bhakti. Ki Kelun mengaku berasal dari desa Wanakasimpar, yang kemudian diganti namanya menjadi Pamidangan dan sekarang namanya desa Rajawana. Ki Kelun adalahseorang duda yang ditinggal mati isterinya.Sambil menggendong Rubiah Bhekti, Ki Kelun memanjat pohon enau unluk mengambil nira.Kasih sayangnya kepada puterinya itu sangat besar,sehingga kemana saja KiKelun pergi selalu puterinya berada dipunggungnya. Karena merasa iba dan kasihan,Raden  Imam Sujana mengambil Rubiah Bhakti sebagai anak angkat.Setelah bertahun-tahun tinggal di hutan itu datang lah suatu hari seorang Arab bernama ,Syekh WaliRakhmat. péndatang barui mengaku akan mengIslamkan tanah J awa. Kehadiran Syeh ini temyata membuat hati Raden Imam Sujana tidak senang. Maka sebelum ia meng-Islam-kan tanah Jawa,Raden Imam Sujana ingin mengetahui dahulu, sampai di mana kemampuan  Syekh Wali Rakhmat itu. Untuk membuktikan kepandaiannya,masing-masing mengeluarkan kesaktiannya. Tetapi Raden Imam Sujana akhimya mengakui keunggulan ilmu Syekh Wali RakhmaL Atas keungguIan itu Syekh Wali Rakhmat secara bijaksana mcminta agar Raden ImamSujana barsedia menganut agama Islam. Hal ini oleh Raden Imam Sujana dipenuhinya. Bahkan anak angkatya Rubiah Bhakti yang sudah menginjak dewasa, dinikahkan dengan Syekh Wali Rakhmat.Setelah Raden Imam Sujana menganut agama Islam, lalu bergaminama menjadi Syekh Jambu Karang.Nama ini mungkin ada kaitannya karena ia telah bertapa di bawah pohon jambu di bukit Karang Banten.Hutan di mana Raden Imam Sujana bertahun-tahun tinggal di situ, disebutdesa Cahyana. Mereka lalu jijrah dan menetap di desa Rajawana, yang hingga sekarang merupakan pusat para santeri di Kabupaten Purbalingga.Syekh Jambu Karang setelah wafat dimakamkan di desa panusupanKabupalen Purbalingga, yang sampai sekarang terkenal dengan sebutanmakam Ardi Lawet. Syekh Wali Rakhmat dalam pernikahannya denganNyai Rubiah Bhakti, menurunkan : '
(1) Pangeran Makhdum Kusen, yang dimakamkan di desa Rajawana
(2) Pangeranmakhdum Medem, yang dimakamkan di Cirebon
(3) Pangeran Nakhdum Umar, yang dimakamkan di pulau karimunjawa
(4) Nyai ,Rubiah Razak, yang dimakamkan di Ragasela-Pekalongan

(5) Nyai Rubiah Sekar, yang dimakamkan di Jembangan Gunung Wuled.

1 komentar:

  1. Maaf sekedar berbagi pengetahuan, dari berbagai sumber yang saya baca bahwa syaikh Jambu Karang nama aslinya adalah Adipati Mendang ( R Mundingwangi ) putra dari Prabu Brawijaya Mahesa Trademan,
    kemudian yang menikah dengan Ny Rubiyah Bhekti adalah Syaikh Maulan Maghrib atau yang bergelar Syaikh Atas Angin ( petilasannya di Gunung Cahyana ).
    yang saya tanyakan apa nama Imam Sujana juga nama lain syaikh jambu karang ? apa juga syaikh Wali Rahmat juga nama lain dari sYaikh atsa angin ( Syaikh Maulana Magrib ) ?
    kemudian Ny. Rubiyah Sekar dari berbagai Sumber dimakamkan di Desa jembangn Banjar Negara, Walaupun pada kenyataannya sekarang makamnya berada di dukuh Karanggondang desa Gunungwuled yang terkenal dengan Sionje, maaf saya juga butuh informasi yang lebih lengkap lagi. terima kasih infonya telah mencantumkan nama orang tua Ny Rubiyah Bhekti, karena semua sumber yang saya baca tidak menyebutkan secara lengkap, hanya disebutkan bahwa Ny Rubiyah Bhekti adalah Putri Syaikh Jambu Karang yang dinikahkan dengan Syaikh Atas Angin

    BalasHapus