SEJARAH KADIPATEN ONJE
a. Ki Tepus Rumput
Pada zaman kekuasaan Kerajaan Pajang, yang memerimah adalah
Sultan Hadiwijoyo Kamidil Ngalam Pranatagama tahun 1546-1582, dan pada masa itu
di Pengalasan Kulon (di lereng gunung Slamet sebelah tenggara) terdapat seorang
laki-laki bemama Ki Tepus Rumput. Tak seorangpun yang mengetahui asal-usul
orang tersebut. Tetapi menurut cerita sementara orang, bahwa ia adalah seorang
yang ditempatkan di lereng gunung Slamet, oleh Syehkh Bakir, agar beranak-cucu
untuk merubah hutan Pengalasan Kulon menjadi sebuah pedesaan/pedusunan, namun
sebelum sempat mempunyai keturunan, isteri Ki Tepus Rumput meninggal dunia.
Akibat kematian isterinya, bathin Ki Tepus Rumput sangatlah menderita, dan
kehidupan sehari-harinya menjadi tidak tentram, karena selalu teringat isteri
yang tercinta. Tubuhnya semakin hari semakin kurus kering, wajahnya pucat pasi.
Matanya dan pipinya menjadi cekung. Rambut dan janggut yang tak terurus lagi
menjadi lebat panjang. Kulit mukanya menjadi kisut, amat lesu dan tampak lebih
tua dibanding dengan usia sebenarnya.
Pada suatu malam ia
sedang duduk di bawah sebuah pohon jati di téngah hutan. Kedua telapak
tangannya ditutupkan erat erat pada wajahnya untuk menahan rasa sedih di dahinya.
Sesaat melepaskan tangannya ia sangat Lerkejut, karena telihat di depannya ada
sebuah bayangan yang menycrupai manusia berjanggut panjang mengenakan jubah
putih. Lebih terkejut lagi ketika bayangan itu bersuara,
yang maksudnya agar Ki Tepus Rumput mencari cincin permata Soca Ludira yang terdapat
di sekitar di bawah pohon jati itu. Bayangan yang mengaku dirinya bemama
Kyai" Kantharaga itu, mengaku juga sebagai eyang (kakek) dari Ki Tepus
Rumput sendiri. Pesannya bila cincin ilu Lelah diketemukan, agar segera
diserahkan ' kepada Sultan Pajang. ' :
Ki Tepus Rumput menjadi bingung dan heran. Semula suara
bayangan ‘tadi dianggap tidak masuk akal. Terdesak oleh perasaan bingung, ia
berjalanmondar - mandir sambil mengumpulkan batu - batu yang berserakan di
sekitar pohon jati . Tumpukan batu paling atas lalu digambari wajah bayangan
tadi dengan mempergunakan kapur sirih. Tempat dimana batu itu dikumpulkan,
sampai sekarang dikenal sebagai desa BataPutih. Setelah lama mencarinya,
akhirnya’cincin itu berhasil di temukanjuga. Segera Ki Tepus Rumput meninggalkan
tempat itu untuk pergi kePajang, guna menyerahkan cincin temuannya kepada
Sultan Pajang, sesuai dengan pesan Ki Kantharaga.
b. Raden Adipati Ore-Ore
Selelah sampai di Pajang, Ki Tepus Rumput langsung menghadap
Sultan Hadiwijoyo menyampaikan cincin hasil temuannya. SultanHadiwijoyo sangat
terkejut campur haru, saat menerima kembali cincin Soca Ludira dari Ki Tepus
Rumput. Memang sejak hilangnya cincin Soca Ludira itu, Baginda Sultan
mengadakan sayembara. Bagi siapa saja yangmenemukan cincin Soca Ludira, bila ia
seorang pria akan diberi selir yang tercantik. Sebaliknya bila si penemu
wanita, ia akan diberi hadiah istimewa yaitu dijadikan isteri Sultan
sendiri..Namun sejauh itu tak seorangpun di amara rakyat Pajang yang dapat menemukan
kembali cincin tersebut. Temyata yang dapat berhasil menemukan adalah Ki Tepus
Rumput, seorang laki-laki yang berasal dari Pengalasan Kulon yang jauh letaknya
dari Pajang. Dengan demikian ia berhak menerima hadiah selir tercantik dari
Sultan Pajang.Selain itu Ki Tepus Rumput di beri pula gelar Adipati dan
diangkat menjadi pimpinan di wilayah Pengalasan Kulon di lereng gunung Slamet
yangfermasuk kekuasaan Pajang. Ia lalu bergelar Raden _Adipati Ore Ore
danberkedudukan di desa Onje.
Pemberian hadiah
selir tercantik inipun disertai janji, agar Raden Adipati 'Ore Ore (Ki Tepus
Rumput) jangan dulu menggaulinya’, mengingat wanita itu sedang mengandung
selama empat bulan. Larangan “bergaul”
sebagai suami-isteri ini Lidak berlaku lagi setelah kelak kemudian hari bayi
dalam kandungan dilahirkan. Dengan penyerahan salah seorang selir tercantik
sebagai hadiah, berarti menunjukkan kebesaran jiwa yang sungguh-sungguhdari
seorang Sultan yang tidak dapat berubah atau dengan perkataan lain: “Sabda
Pandita Ratu".Dalam perjalanan ke Pengalasan Kulon, Raden Adi Pali Ore Ore
mendapat pengawalan Ketat dari perajurit-perajurit Pajang di bawah pimpinan
seorang bernama Puspajaya. Selain senjata para perajurit itu juga membawa
alal-alat pertanian serta bibit tanaman guna membuka lahan pertanian baru di
Pengalasan Kulon. Di tengah hutan mereka mendapat gangguan dari seorang bekas
pengikut Haryo Penangsang, yang
menamakan dirinya Jala Sutra atau Putra Jala. Setelah gagal membujuk Puspajaya
agar menyerahkan puteri yang dibawanya, Jala Sutra kemudian berusaha
merampasnya dengan kekerasan. Namun berkat kejujuran,keberanian dari
ketangkasan Puspajaya, akhirnyar penghadang itu berhasil dapat disingkirkan.Begitulah
setelah mengalami gangguan dan kesulitan, sampailah perjalanan mereka di
Pengalasan Kulon dengan selamat. Mereka lalu membuka pemukiman baru untuk
tempat tinggal, serta menanam bibit buah-buahan yang dibawanya dari Pajang.
Akhimya Pengalasan Kulon berubah menjadi
pemukiman baru, menjadi desa baru dengan nama desa Surti.
Konon nama itu berasal dari perkataan Surputeri yang artinya
“lungsuranputeri” Mula-mula desa Surti itu berpenduduk sedikit, hanya terdiri
dari beberapa orang saja. Belakangan banyak penduduk desa lain yang berdatangn
ke sana. Mereka hidup bertani dan selanjutnya menetap di desa yang‘ baru dibuka
itu. Dengan demikian keadaan desa Surti itu bertambah ramai serta maju dalam
bidang pembangunan di segala bidang kehidupan,berkat kegiatan rakyatnya dengan
bantuan perajurit prajurit Pajang.
c. Raden Hanyokro Kusumo Adipati Onje
Beberapa bulan kemudian setelah bermukim di desa Surti Nyai
Ore Ore (bekas selir Sultan Hadiwijoyo, yang telah menjadi iste'ri Adipati Ore
Ore), melahirkan seorang bayi pria. Bayi mungil itu lalu dibawa ke Pajang untuk
diperlihatkan kepada Sultan Hadiwijoyo, dan oleh Sultan'Hadiwijoyo diberi nama
Raden Hanyokro Kusumo, atau nama panggilan Jimbun Lingga. Karena belum cukup usia,
maka jabatan Adipati sementara masih dipegang oleh Raden Ore Ore. Sedangkan
rumah Kadipaten didirikan di sebelah barat sungai Klawing yang kemudian diberi
nama Onje (sekarang 'termasuk Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga).Beberapa
tahun setelah Raden Hanyokro Kusumo cukup dewasa dan dipandang mampu memegang
tampu kepimpinan Kadipaten, Raden Hanyokro Kusumo menerima pelimpahan jabatan
Adipati dari Raden Adipat ore Ore. Ia kemudian bergelar Raden Adipati
hanyakrapati, sebagai seorang pimpinan Kadipaten yang berkedudukan di desa
Onje.Raden Adipati Hanyakrapati menikah dengan puleri Keling dari JawaBarat.
Selain itu juga menikah dengan puteri Adipati Cipaku bemama Rara Pakuwati.
Kedua orang isteri itu tinggal bersama serumah di rumah Kadipaten Onje.
Kehidupan sehari-hari kedua isteri kelihatanrukun. Namun sebenarnya dalam
bathin mereka masing-masing tersimpan rasa cemburu dan rasa perselisihan.
Dari pemikahannya dengan puteri Keling tidak menurunkan seorang putrapun. Sedangkan
dengan Rara Pakuwati yang dikenal dengan nama Puleri Medang, Adipati Onje
menurunkan dua orang putera dan seorang puteri, yakni :
(1) Raden Mangunjaya alias Mangunnegara
(2).Raden Citrakusuma . 1
(3) Rara Banowati
Oleh masyarakat setempat nama-nama tersebut : Mengunnegara,
Citra-kusuma dan Banowati telah diabadikan menjadi nama-nama desa yang sekarang
termasuk Kecamatan Mrebet. Rara Banowati menikah dengan seorang Arab bemama
Sayid Abdullah, yang diserahi jabatan Penghulu merangkap Imam Mesjid desa Onje.
D, Perkembangan Agama
lslam
Saat pemerintahan Kadipaten Onje mencapai puncak
kejayaannya,banyaklah kaum pedagang yang berkunjung kesana, untuk mencari
nafkah sambil menyiarkan agama Islam. Mereka bergerak ke pelosok-pelosok yang
jauh dari keramaian dan tinggal berbulan-bulan, bahkan ada yang terus menatap
serla menikah dengan penduduk setempat. Selama bergaul dengan penduduk itulah
mereka mempunyai peluang umuk menyiarkan agama Islam.Di antara para pendatang
itu terdapat seorang putera Pajajaran bernama Raden Liman Sujana, yang oleh
masyarakat setempat lazim disebut Raden Imam Sujana. Ia sebenarnya mempunyai
hak untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja Pajajaran. Tetapi
kedudukan itu ditolaknya setelah diketahui bahwa Pajajaran sedang mengalami
keruntuhanakibat pengaruh Islam. Karenanya lalu ia meninggalkan Pajajaran
pergike Banten berlapa di bawah pohon jambu di lereng gunung Karang, Dari tempat
pertapaan inilah Raden Imam Sujana melihat adanya "nur" yang
memancarkan sinarnya jauh di ujung timur. Segera ia beranjak dari pertapaannya,
menuju ke timur dengan menyusuri pulau Jawa sebelah utara.
Setiba di daerah Tegal, ia membelok ke selatan di mana
"nur" itu tampak dekat sekali.Di tengah hutan di gunung Munggul,
bukannya ia menemukan “nur” yang semula tampak dekat sekali,
tetapi malah bertemuan dengan seorang bemama Ki Kelun sedang memanjat pohon enau sambil menggendong anaknya yang masih kecil, bemama Rubiah Bhakti. Ki Kelun mengaku berasal dari desa Wanakasimpar, yang kemudian diganti namanya menjadi Pamidangan dan sekarang namanya desa Rajawana. Ki Kelun adalahseorang duda yang ditinggal mati isterinya.Sambil menggendong Rubiah Bhekti, Ki Kelun memanjat pohon enau unluk mengambil nira.Kasih sayangnya kepada puterinya itu sangat besar,sehingga kemana saja KiKelun pergi selalu puterinya berada dipunggungnya. Karena merasa iba dan kasihan,Raden Imam Sujana mengambil Rubiah Bhakti sebagai anak angkat.Setelah bertahun-tahun tinggal di hutan itu datang lah suatu hari seorang Arab bernama ,Syekh WaliRakhmat. péndatang barui mengaku akan mengIslamkan tanah J awa. Kehadiran Syeh ini temyata membuat hati Raden Imam Sujana tidak senang. Maka sebelum ia meng-Islam-kan tanah Jawa,Raden Imam Sujana ingin mengetahui dahulu, sampai di mana kemampuan Syekh Wali Rakhmat itu. Untuk membuktikan kepandaiannya,masing-masing mengeluarkan kesaktiannya. Tetapi Raden Imam Sujana akhimya mengakui keunggulan ilmu Syekh Wali RakhmaL Atas keungguIan itu Syekh Wali Rakhmat secara bijaksana mcminta agar Raden ImamSujana barsedia menganut agama Islam. Hal ini oleh Raden Imam Sujana dipenuhinya. Bahkan anak angkatya Rubiah Bhakti yang sudah menginjak dewasa, dinikahkan dengan Syekh Wali Rakhmat.Setelah Raden Imam Sujana menganut agama Islam, lalu bergaminama menjadi Syekh Jambu Karang.Nama ini mungkin ada kaitannya karena ia telah bertapa di bawah pohon jambu di bukit Karang Banten.Hutan di mana Raden Imam Sujana bertahun-tahun tinggal di situ, disebutdesa Cahyana. Mereka lalu jijrah dan menetap di desa Rajawana, yang hingga sekarang merupakan pusat para santeri di Kabupaten Purbalingga.Syekh Jambu Karang setelah wafat dimakamkan di desa panusupanKabupalen Purbalingga, yang sampai sekarang terkenal dengan sebutanmakam Ardi Lawet. Syekh Wali Rakhmat dalam pernikahannya denganNyai Rubiah Bhakti, menurunkan : '
tetapi malah bertemuan dengan seorang bemama Ki Kelun sedang memanjat pohon enau sambil menggendong anaknya yang masih kecil, bemama Rubiah Bhakti. Ki Kelun mengaku berasal dari desa Wanakasimpar, yang kemudian diganti namanya menjadi Pamidangan dan sekarang namanya desa Rajawana. Ki Kelun adalahseorang duda yang ditinggal mati isterinya.Sambil menggendong Rubiah Bhekti, Ki Kelun memanjat pohon enau unluk mengambil nira.Kasih sayangnya kepada puterinya itu sangat besar,sehingga kemana saja KiKelun pergi selalu puterinya berada dipunggungnya. Karena merasa iba dan kasihan,Raden Imam Sujana mengambil Rubiah Bhakti sebagai anak angkat.Setelah bertahun-tahun tinggal di hutan itu datang lah suatu hari seorang Arab bernama ,Syekh WaliRakhmat. péndatang barui mengaku akan mengIslamkan tanah J awa. Kehadiran Syeh ini temyata membuat hati Raden Imam Sujana tidak senang. Maka sebelum ia meng-Islam-kan tanah Jawa,Raden Imam Sujana ingin mengetahui dahulu, sampai di mana kemampuan Syekh Wali Rakhmat itu. Untuk membuktikan kepandaiannya,masing-masing mengeluarkan kesaktiannya. Tetapi Raden Imam Sujana akhimya mengakui keunggulan ilmu Syekh Wali RakhmaL Atas keungguIan itu Syekh Wali Rakhmat secara bijaksana mcminta agar Raden ImamSujana barsedia menganut agama Islam. Hal ini oleh Raden Imam Sujana dipenuhinya. Bahkan anak angkatya Rubiah Bhakti yang sudah menginjak dewasa, dinikahkan dengan Syekh Wali Rakhmat.Setelah Raden Imam Sujana menganut agama Islam, lalu bergaminama menjadi Syekh Jambu Karang.Nama ini mungkin ada kaitannya karena ia telah bertapa di bawah pohon jambu di bukit Karang Banten.Hutan di mana Raden Imam Sujana bertahun-tahun tinggal di situ, disebutdesa Cahyana. Mereka lalu jijrah dan menetap di desa Rajawana, yang hingga sekarang merupakan pusat para santeri di Kabupaten Purbalingga.Syekh Jambu Karang setelah wafat dimakamkan di desa panusupanKabupalen Purbalingga, yang sampai sekarang terkenal dengan sebutanmakam Ardi Lawet. Syekh Wali Rakhmat dalam pernikahannya denganNyai Rubiah Bhakti, menurunkan : '
(1) Pangeran Makhdum Kusen, yang dimakamkan di desa Rajawana
(2) Pangeranmakhdum Medem, yang dimakamkan di Cirebon
(3) Pangeran Nakhdum Umar, yang dimakamkan di pulau
karimunjawa
(4) Nyai ,Rubiah Razak, yang dimakamkan di
Ragasela-Pekalongan
(5) Nyai Rubiah Sekar, yang dimakamkan di Jembangan Gunung
Wuled.
Maaf sekedar berbagi pengetahuan, dari berbagai sumber yang saya baca bahwa syaikh Jambu Karang nama aslinya adalah Adipati Mendang ( R Mundingwangi ) putra dari Prabu Brawijaya Mahesa Trademan,
BalasHapuskemudian yang menikah dengan Ny Rubiyah Bhekti adalah Syaikh Maulan Maghrib atau yang bergelar Syaikh Atas Angin ( petilasannya di Gunung Cahyana ).
yang saya tanyakan apa nama Imam Sujana juga nama lain syaikh jambu karang ? apa juga syaikh Wali Rahmat juga nama lain dari sYaikh atsa angin ( Syaikh Maulana Magrib ) ?
kemudian Ny. Rubiyah Sekar dari berbagai Sumber dimakamkan di Desa jembangn Banjar Negara, Walaupun pada kenyataannya sekarang makamnya berada di dukuh Karanggondang desa Gunungwuled yang terkenal dengan Sionje, maaf saya juga butuh informasi yang lebih lengkap lagi. terima kasih infonya telah mencantumkan nama orang tua Ny Rubiyah Bhekti, karena semua sumber yang saya baca tidak menyebutkan secara lengkap, hanya disebutkan bahwa Ny Rubiyah Bhekti adalah Putri Syaikh Jambu Karang yang dinikahkan dengan Syaikh Atas Angin